Fenomena Oemah
lama di tengah kota beserta dualisme antar warga di sosrokusuman
Sabtu 5 januari 2014 pada saat saya melakukan hunting
untuk kuliah fotografi bersama lutfan nadif di kampung sosrokusuman,tiba-tiba
kami menemukan sebuah objek yang sangat menarik yaitu beberapa unit rumah lama
yang letak nya di belakang hotel ibis malioboro yang merupakan pusat kota
yogyakarta,pada saat melakukan hunting datang 2 orang lelaki parubaya yang mana salah satu diantaranya mengaku
sebagai ketua rt menghampiri kami dan menanyakan kepentingan untuk memotret
tempat tersebut dan juga meminta identitas kami karena mereka merasa sensitif terhadap
pemotretan yang disebabkan adanya wacana terhadap perluasan hotel ibis sampai
kebelakang sehingga kemungkinan besar rumah mereka akan di gusur karena tidak
adanya space yang membatasi antara rumah dan hotel tersebut. Setelah kami
memberitahukan kepentingan untuk fotografi dan akan dipamerkan di kampus lantas
mereka merasa bersemangat untuk menunjukkan dan menceritakan secara detail
mengenai rumah-rumah lama dan space yang membatasi ke dua bangunant.setelah itu
kami bersama dua narasumber langsung menuju ke lokasi dan melihat space yang
dimaksud dan ternyata space tersebut hanya mempunya batas 5 meter dari belakang
hotel ibis sesuai dengan mereka sepakati bersama,akan tetapi mereka juga
bercerita tentang wacana perluasan hotel
ibis sampai kebelakang sehingga rumah mereka terancam di gusur.
Setelah bercerita banyak tentang wacana tersebut
mereka mengharapkan kami selaku mahasiswa mau membantu untuk menyampaikan
aspirasi mereka agar wacana tentang perluasan hotel ibis tidak dilaksanakan
sehingga rumah lama itu sendiri tidak digusur dan mereka juga bersedia menjadi
narusmber kami seandainya ada tindakan lebih lanjut mengenai pameran tentang rumah lama di
sosrokusuman.salah satu dari 2 narasumber tersebut juga menceritakan secara
detail tentang rumah lama,ternyata beberapa unit rumah itu sudah direnovasi
hanya ada 2 rumah yang masih “asli”.tetapi rumah yang masih “asli” itu sendiri
sekarang sudah beralih fungsi menjadi tempat perkumpulan para juru parkir dan
juga fasade depan rumah juga ditutupi oleh pohon sehingga sangat susah dilihat
jika tidak teliti.
Berbeda dengan rumah yang “asli” tersebut,rumah lama
yang sudah direnovasi itu sendiri masih mempunyai fungsi yang sama dengan
sebelumnya yaitu sebagai rumah tinggal dan satu unit diantaranya ditempati oleh
narasumber itu sendiri.
Hari pun
semakin gelap dan kami berpamitan serta mengucapkan terima kasih kepada
dua narasumber atas keramahan dan cerita tentang sejarah rumah itu beserta
wacana perluasan hotel ibis dan mereka menyampaikan pesan moral kepada kami “ tolong perhatikan lingkungan dan tetangga
kalian jika ingin membangun bangunan baru terutama bangunan tinggi ” .
Setelah itu mereka memberikan nomor ponsel nya untuk dihubungi apabila ada
tindakan lebih lanjut mengenai fotografi tersebut dan mengharapkan kami untuk
menjadi back up mereka apabila ada suatu pertemuan dengan pihak hotel itu
sendiri. sebelum pulang saya juga menanyakan tentang peraturan yang
mengharuskan pengendara motor untuk turun apabila melewati jalan kampung
sosrokusuman dan mereka terlihat bingung menjawabnya dan meminta kami untuk
menemui ketua juru parkir yang kebetulan berada di depan rumah lama tersebut,
kedua narasumber yang salah satu nya mengaku sebagai ketua rt di sosrokusuman
beralasan karena jalan itu bukan wilayah saya tetapi wilayah bapak ketua juru
parkir sendri sehingga apabila ada hal
yang ingin ditanyakan silahkan jumpa beliau ucapnya ”.
Setelah berpamitan,kami langsung mendatangi bapak
tersebut karena beliau selaku orang yang
mengetahui tentang peraturan-peraturan yang ada di kampung sosrokusuman,tatapi
pada saat kami menghampirinya muka beliau kelihatan tidak senang dengan dengan
kedatangan kami bahkan pada saat kami berbicara dengan ke dua narasumber tadi
pandangan beliau terlihat sinis terhadap kami sehingga kami hanya menanyakan
secara singkat mengenai peraturan yang ada di sosrokusuman.beliau langsung
menjawab bahwa peraturan tersebut merupakan merupakan peraturan yang sudah
disepakati bersam oleh para masyarakat sosrokusuman dan hanya berlaku untuk
warga itu saja tetapi kita selaku pendatang harus menghormati nya.
Selanjutnya beliau juga mengatakan bahwa ke 2
narasumber yang pertama tadi merupakan warga pendatang sehingga fakta kebenaran
cerita nya perlu dipertanyakan.setelah itu kami pun berpamitan dengan beliau
untuk pulang,tetapi saat tiba dirumah lantas saya berdiskusi dengan teman
tentang fenomena rumah lama beserta warga nya sehingga kami menyimpulkan bahwa
ada “ dualisme antar warga di kampung
sosrokusuman ”.
Kami menyimpulkan hal tersebut karena berdasarkan
beberapa fakata. fakta pertama yang kami
temui adalah berbeda nya sikap antara warga tersebut yang mana narasumber
pertama terlihat bersikap sangat ramah terhadap kami sedangkan narasumber kedua
bersikap sebaliknya sedangkan fakta ke dua yang kami temui pada saat saya
menanyakan tentang peraturan di kampung sosrokusuman narasumber pertama tidak bisa menjawab dan
bahkan meminta kami untuk ke narasumber ke dua padahal salah satu dari
narasumber itu sendiri mengaku sebagai ketua rt tetapi anehnya kenapa tidak
bisa menjawab pertanyaan yang tergolong mudah bagi seorang ketua rt.
Kami juga berdiskusi tentang kenapa bisa terjadi nya
dualisme antar warga di kampung sosrokusuman.menurut pendapat teman saya yaitu
lutfan nadif beliau juga seorang pakar sosial mengungkapkan asumsi yang bersifat
analisis kenapa terjadinya dualisme
antar warga tersebut.
Asumsinya sebagai berikut : 2 narasumber pertama
kanapa terlihat sangat ramah dan menceritakan secara detail mengenai rumah lama
tersebut walaupun kebenaran tentang ceritanya perlu dipertanyakan mungkin
karena di pengaruhi oleh faktor “uang”ganti rugi yang mereka anggap belum
sepadan sehingga dengan adanya bantuan dari mahasiwa berada di pihak mereka
sehingga mereka mengharapkan agar pihak hotel ibis akan melakukan dialog ulang
dengar warga sehingga bisa meningkatkan uang ganti rugi sehingga sesuai dengan
keinginan mereka walaupun rumah lama yang mereka tepati harus di gusur karena
secara kependudukan mereka bukan warga asli di kampung sosrokusuman sehingga
bukan menjadi masalah besar bagi mereka jika pindah ke tempat lain.sedangkan
narasumber ke dua selaku kepala juru parkir didaerah tersebut dan merupakan warga asli terlihat tidak senang dengan kedatangan kami
mungkin beliau merasa dengan adanya campur tangan mahasiswa yang membantu
narasumber pertama akan memperlambat
tentang wacana perluasan hotel sehingga uang ganti rugi akan lama bisa
didapatkan, karena mungkin beliau juga meras uang ganti rugi sudah sesuai
karena rumahnya bukan berada di wilayah belakang hotel ibis sehingga apabila
wacana perluasan hotel tidak banyak merugikan sehingga apabila dilakukan dailog
ulang oleh pihak hotel ibis akan menyebabkan ketidak adilan tentang uang ganti
rugi karena narasumber pertama lokasi rumahnya berada tepat dibelakang hotel
sedangkan narasumber ke dua sebaliknya, Karena bisanya uang ganti rugi bersifat
merata ke sumua warga.
Kami juga menemukan beberapa keganjalan tentang
narasumber kedua.jika beliau merupakan warga asli sosrokusuman kenapa rela
rumah lama asli sosrokusuman digusur padahal rumah tersebut juga merupakan
tempat berkumpulnya juru-juru parkir di daerah malioboro dan bahkan beliau
mendukung wacana tentang perluasan hotel tersebut.
Dari adanya fenomene tersebut saya mangambil beberapa
kesimpulan yaitu sebagai berikut : Zaman sekarang ini segala sesuatu bisa ganti
dengan uang bahkan mereka rela oemah asli sosrokusuman digusur padahal oemah
tersebut hanya tinggal sedikit dan merupakan salah satu representasi
vernakularime dalam bentuk visual yang
ada di sosrokusman. Fenomena tersebut
sangat berlawanan dengan identitas kota yogyakarta yang dikenal dengan
nilai-nilai kesejarahan dan adatnya sehingga banyak menarik wisatawan lokal
maupun interlokal,tetapi apabila fenomena diatas terus dilanjutkan sampai anak
cucu mereka bagaimana nasib kota yogyakarta kedepannya ? akankah kota
yogyakarta yang dulunya dikenal dengan adat dan sejarahnya dipenuhi oleh
bangunan tinggi laksana kota metropolitan
seperti jakarta, hanya waktu yang bisa menjawab nya.
20 januari
2014
Oleh : RISKI
HIDAYATULLAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar